Rabu, 19 Agustus 2009

EFISIENSI KOMPOR BIOETANOL MENCAPAI 54 PERSEN

EFISIENSI KOMPOR BIOETANOL MENCAPAI 54 PERSEN

Sumber : LPPM ITS, ITS Online


Surabaya – Kompor bio-etanol terbukti lebih efisien ketimbang kompor kerosin. Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITS. Dari data pengujian terhadap kompor, ditemukan bahwa efisiensi kompor bio-etanol sebesar 54 persen. Sementara kompor kerosin atau minyak tanah hanya 49 persen.

Ketua LPPM Prof Ir. I Nyoman Sutantra MSc PhD menyatakan LPPM memang menugaskan tim Pusat Studi Energi dan Rekayasa untuk mengkaji bio-etanol dan kompornya. “Sesuai dengan bidangnya, kajian ini dilakukan dibawah tim tersebut,”ujarnya. Ada tiga kajian utama yang dilakukan sehubungan dengan energi alternatif tersebut. Yaitu yang pertama kajian budidaya dan varian bahan baku bioetanol, kedua tentang proses pembuatan etanol, dan yang ketiga adalah desain kompor.

Sesuai dengan MoU yang telah dilakukan dengan Pemkab Sidoarjo, ITS memang bertanggung jawab untuk melakukan pengembangan bio-etanol ini.”Baik dari segi budidaya bahan baku, proses, sampai ke desain kompornya,”ujarnya. Sementara ini, seluruh proses dan kompor yang ada saat ini adalah hasil dari Koperasi Manunggal Sejahtera, Jogjakarta.

Dari pengkajian sample bio-etanol BE40 di laboratorium Jurusan Kimia ITS, didapatkan hasil bahwa kalor BE40 adalah 5270 kKal/kilogram. Dibandingkan dengan kalor kerosin, BE 40 ini hanya sekitar separuhnya . “Kalor kerosin mencapai 10322 kKal/kilogram,”terangnya.

Hasil pengkajian kedua adalah titik nyala. Titik nyala BE 40 adalah 150 derajat Celsius, dan titik nyala kerosin 48 derajat Celsius. “Karakteristik titik nyala etanol sekitar 14 derajat Celsius. Jadi BE 40 ini lebih sulit menyala,”tambahnya. Selain itu, dari pengkajian ini didapatkan hasil kandungan air dalam BE 40 ini mencapai 9 persen. Sehingga, kandungan etanolnya sekitar 91 persen.

Sutantra menyatakan ITS juga melakukan kajian di luar laboratorium Kimia. Dari hasil pengujian praktis ini menunjukan waktu nyala per liter etanol adalah enam jam. Sedangkan per liter kerosin hanya dua jam. Namun nilai kalor besar kecilnya api bergantung pada faktor-faktor lain yang belum dikaji. “Seperti misalnya sumbu kompor, hingga geometric lubang apinya,” katanya.

Dijelaskan Sutantra, pembakaran kompor sempurna ditandai dengan nyala api yang berwarna biru. “Jika pembakarannya tidak sempurna, warna apinya tidak bisa biru,”pungkasnya. Selain melakukan pengkajian ini, kedepan ITS akan membuat studi fisibilitas tentang kompor bio-etanol ini baik dari segi teknik maupun ekonomis.

Sumber : LPPM ITS, ITS Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar